KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt yang
telah memberi rahmat kepada kita, shalawat serta salam senantiasa kita hadiahkan kepada Nabi besar Muhammad
saw. Dengan mengucap Bismillahirrohmanirohim, penulis memperkenalkan makalah
ini dengan judul “Gambaran pengetahuan,
sikap, dan tindakan pengetahuan remaja
tentang seks bebas”.
Dalam penyusunan makalah ini tidak
terlepas dari dukungan orang tua. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
guru pembimbing Ns Agnes Ulina Bakkara Skp, Dan tak lupa ucapan terima kasih
kepada teman-teman seperjuangan yang telah banyak membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Namun demikian, penulis menyadari
penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik, saran dan masukan
yang membangun sangat penulis harapkan, agar bisa menjadi masukan kedepannya
bagi penulis.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian seks bebas
B.
Penyebab seks bebas
C.
Tindakan mengenai seks bebas
D.
Sikap masyarakat mengenai seks bebas
E.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya seks bebas
F.
Usia ABG yang pernah melakukan seks bebas
G.
Cara mencegah perilaku seks bebas pada usia remaja
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO, 2011 memperkirakan ada 20 juta kejadian aborsi
tidak aman di dunia, 9,5 % (19 dari 20
juta tindakan aborsi tidak aman) diantaranya terjadi di negara berkembang.
Sekitar 13 % dari total perempuan yang melakukan aborsi tidak aman berakhir
dengan kematian. Resiko kematian akibat aborsi yang tidak aman di wilayah Asia
diperkirakan 1 berbanding 3700 dibanding dengan aborsi. Diwilayah Asia
Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahun, dan sekitar
750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia, dimana 2.500 di antaranya
berakhir dengan kematian.
Menurut
WHO, 1995 Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar
dari penduduk dunia menurut WHO pada tahun 1995 sekitar seperlima dari penduduk
dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun. Sektiar 900 juta berada dinegara
sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat 1990 menunjukkan jumlah
remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15% populasi. Jumlah penduduk di Asia
Pasifik merupakan 60% dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur
10-19 tahun.
Menurut LSM, 2008 jumlah kasus pengguguran kandungan /
aborsi setiap tahunnya mencapai 2,3 juta, dan 30 persen di antaranya dilakukan
oleh remaja. "Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja menunjukkan
kecenderungan meningkat berkisar 150.000 hingga 200.000 kasus setiap
tahunnya," Kata Luh Putu Ikha Widani dari Lembaga Swadaya Masyarakat ,
Kita Sayang Remaja Bali di Denpasar Senin. Ia mengatakan, servei yang pernah
dilakukan pada sembilan kota besar di Indonesia menunjukkan KTD mencapai 37.000
kasus, 27 persen di antaranya terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5 persen
adalah pelajar.
Biro Pusat Statistik / BPS tahun 1999 di Indonesia kelompok
umur 10-19 tahun adalah sekitar 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki
dan 49,1% remaja perempuan .Angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai
2,3 juta pertahun. Sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja. Setahun
kemudian terjadi kenaikan terjadi kenaikan cukup besar. (Soetjiningsih,
2004)
Menurut majalah gemari, 2001 ancaman pola hidup seks bebas
remaja secara umum baik dipondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin
serius. Pakar seks di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja
yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar 5% pada
tahun 1980-an, menjadi 20% pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut, menurut
Dr.Boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian dibeberapa kota besar di
Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu, dan Banjarmasin. Bahkan di Pulau
Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah
melakukan hubungan seks pra nikah mencapai 29,9%.
Berbagai
laporan di Indonesia menunjukkan bahwa kelompok umur paling banyak menderita
IMS adalah kelompok umur muda. Selama 2 tahun / 1993-1994 di Rumah Sakit
Pringadi Medan untuk penyakit kondiloma akuminata tercatat 35,4% adalah
penderita kelompok umur 20-24 tahun, 33,3% dari kelompok umur 25-29 tahun.
Selama 4 tahun / 1990-1994 di Rumah Sakit Dr.Kariadi Semarang tercatat 3803
kasus IMS pada unit rawat jalan,1325 kasus 38,8% adalah penderita umur 15-24
tahun,dan tercatat 1768 orang 46,5% adalah umur 25-34 tahun. Demikian juga
halnya di Rumah Sakit Umum Pemerintah Sanglah Denpasar, tercatat 59,1% dari
penderita IMS yang tercatat antara tahun 1995-1997 adalah kelompok remaja.
(Soetjiningsih, 2004)
Menurut Kusmaryanto, 2002 tiap tahun jumlah wanita yang melakukan
aborsi sebanyak 2,5 juta.
seminar yang diadakan tanggal 6 Agustus 2001 di Jakarta Utomo,B, melaporkan
hasil penelitian yang dilakukan di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia
tahun 2000, menyimpulkan bahwa di Indonesia terjadi 43 aborsi per 100 kelahiran
hidup. Ia juga menyampaikan bahwa sebagian besar aborsi adalah aborsi yang
disengaja, ada 78 % wanita diperkotaan dan 40 % di pedesaan yang melakukan
aborsi dengan sengaja.
Masalah pelacuran pelajar sekolah memang menjadi masalah
khas kota besar. Sebuah penelitian terbaru menunjukkan, ratusan pelajar putri
di Medan terjun ke dunia pelacuran. Jumlah ini baru merupakan angka hasil
penelitian. Diperkirakan angka sesungguhnya jauh lebih banyak. Angka ratusan
merupakan hasil penelitian lembaga Pusat Kajian dan Perlindungan Anak / PKPA.
Penelitian yang didukung Kementerian Pemberdayaan Perempuan itu juga
menyimpulkan, ratusan pelajar putri yang terlibat pelacuran itu, bagian dari
sekitar 2 ribu anak korban Eksploitasi Seksual Komersial Anak / ESKA. Direktur
PKPA Ahmad Sofian menyatakan, penelitian itu dilakukan PKPA secara singkat
selama tiga bulan, yakni September hingga November 2007. Sebanyak 50 responden
yang berhasil diwawancarai secara mendalam, 39 di antaranya berstatus pelajar.
Dari jumlah itu, 14 di antaranya berstatus siswi SMP dan 27 berstatus siswi
SMA/SMK. (Ahmad sofian, 2007)
Menurut Laporan Hasil Survei Surveilans Perilaku / SSP
2002-2003 di Indonesia, di Kabupaten Deli Serdang terdapat 250 WPS / Wanita
Penjaja Seks langsung dan 200 WPS tidak langsung yang sebagian besar berasal
dari kalangan remaja (BPS, 2004).
Seks bebas adalah tingkah laku yang didorong
oleh hasrat seksual yang ditujukan dalam bentuk tingkah laku. Tingkah ini beraneka ragam, mulai dari
saling tertarik dengan lawan jenis, lalu berkecan, bercumbu dan diakhiri dengan dampak
yang tidak baik, lalu akhirnya dampak
tersebut akan timbul baik bagi
lingkungan, sosial, maupun pribadi terutama sangat berdampak
pada psikologis. Jika lingkungan psikologis terganggu maka sosial pun akan berubah
(Sarwono, 2002)
Menurut Amirudin, 1997 Seks bebas atau dalam bahasa
populernya extra-marital intercourse atau kinky-seks merupakan
bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar. Tidak terkecuali bukan saja
oleh agama dan negara tetapi juga oleh filsafat. Seks bebas merupakan aktivitas
seksual yang dilakukan tanpa dilandasi oleh suatu ikatan perkawinan yang sah.
Perilaku ini cenderung disukai oleh anak muda terutama kalangan remaja yang
secara bio-psikologis sedang tumbuh menuju proses pematangan.
Remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa
yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial dan budaya. Pada
kondisi ini remaja sangat labil karena mereka masih mencari jati dirinya.
Dimana mereka beringinan dirinya dianggap gaul dan dewasa dengan menirukan
orang lain. Apabila mereka tidak didukung pendidikan orang tua dan agama yang
kuat akan terjerumus ke hal – hal yang merugikan banyak pihak, terutama
dirinya sendiri (Soetjiningsih, 2004)
Masyarakat
menghadapi kenyataan bahwa kehamilan pada remaja semakin meningkat
menjadi masalah. Masih derasnya arus
informasi yang dapat menimbulkan rangsangan seksual remaja terutama di daerah perkotaan
yang mendorong remaja melakukan hubungan
seksual pranikah. Dimana pada akhirnya remaja mendapat ancaman bahaya dalam melakukan hubungan seks bebas sehingga memberikan
konflik bagi mereka
seperti : putus sekolah, psikologis terganggu, tekanan ekonomi, dan masalah dengan keluarga serta masyarakat
sekitarnya dan para remaja putri menjadi hamil
di luar nikah (Manuaba, 1998).
Menurut Soetjiningsih, 2004 perilaku seks bebas yang
dilakukan oleh remaja tidak terlepas dari kurangnya pengetahuan remaja mengenai
seks bebas tersebut. Berdasarkan hasil survey SKRRI 2002-2003, pengetahuan seks
remaja Indonesia masih relatif rendah, pengetahuan remaja laki laki hanya 46,1%
dan pengetahuan remaja perempuan hanya sekitar 43,1%. Dari data lain diketahui
hanya 55% remaja yang mengetahui proses kehamilan dengan benar, 42% mengetahui
tentang HIV/ AIDS dan hanya 24% mengetahui tentang PMS.
Berdasarkan Laporan Hasil Survei MCR-PKBI / Mitra Citra
Remaja Jawa Barat, terdapat delapan faktor yang mempengaruhi terjadinya
hubungan seksual pranikah atau seks bebas remaja. Berdasarkan jawaban yang
masuk, faktor sulit mengendalikan dorongan seksual menduduki peringkat
tertinggi 63,68%, selanjutnya faktor kurang taat menjalankan agama 55,79%,
rangsangan seksual 52,63%, sering nonton blue film 49,47%, tidak ada
bimbingan orang tua 9,47%, pengaruh tren 24,74%, tekanan dari lingkungan
18,42%, dan masalah ekonomi 12,11% (Tempo, 2006).
Menurut Nofdianto, 2008 menurut Program Manajer Dkap PMI
Provinsi Riau Nofdianto seiring Kota Pekanbaru, 2008 pergaulan bebas di kalangan remaja telah mencapai titik
kekhawatiran yang cukup parah, terutama seks bebas. Mereka begitu mudah
memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, apalagi malam minggu. Pelakunya
bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP. ‘’Banyak kasus
remaja putri yang hamil karena kecelakan padahal mereka tidak mengerti dan
tidak tahu apa resiko yang akan dihadapinya,’’
Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan dari masa
kanak-kanak kemasa dewasa, suatu tahap perkembangan sudah dimulai namun yang
pasti setiap laki-laki maupun perempuan akan mengalami suatu
perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja adalah munculnya dorongan-dorongan
seks, perasaan yang terjadi pada remaja menimbulkan berbagai bentuk ekspresi
hubungan seks (Pangkahila, 1998).
Menurut Laksmiwati, 1999 sudut pandang kesehatan masalah
yang sangat mengkhawatirkan pada masa kelompok usia remaja adalah masalah yang
berkaitan dengan seks bebas / unprotected
sexuality, penyebaran Penyakit Menular Seksual (PMS), kehamilan
diluar nikah atau kehamilan yang tidak diinginan dari kalangan remaja / adolocent unwanted Pregnancey dan
aborsi yang tidak aman.
Dikalangan remaja telah terjadi revolusi dalam hubungan
seksual menuju kearah liberalisasi tanpa batas. Kebanggaan terhadap kemampuan
untuk mempertahankan kegadisan sampai pada pelaminan telah sirna, oleh karena
kedua belah pihak saling menerima kedudukan baru dalam seni pergaulan hidupnya.
Informasi yang cepat dalam berbagai bentuk telah menyebabkan dunia semakin
menjadi milik remaja. Informasi tentang kebudayaan hubungan seksual telah
mempengaruhi kaum remaja Indonesia, sehingga telah tejradi suatu revolusi yang
menjurus makin bebasnya hubungan seksual pranikah (Manuaba, 1998).
Menurut Ida Bagus Nyoman Banjar, Kepala Bidang Pengendalian
Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Dinkes DKI, 2010 mengatakan Sedikitnya 9.060
warga Jakarta mengidap penyakit yang ditularkan dari hubungan seksual tersebut.
Dari total jumlah 9.060 penderita, 3.007 orang diantaranya berusia 14 sampai
dengan 24 tahun. Sedangkan sisanya 5.863 penderita berusia di atas 24 tahun.
penyakit kelamin, lebih banyak dialami kaum perempuan sebanyak 5.051 orang dan
laki-laki 4.009 orang. Kebanyakan penyakit kelamin ini ditimbulkan dari pola
seksual yang salah, sehingga jika tidak diwaspadai maka akan berpotensi pada
HIV/AIDS. (Dinkes, 2010)
Data BKBN, 2010
mencatat sebanyak 51 persen remaja di Jabodetabek telah melakukan hubungan
layaknya suami istri. Selain Jabodetabek, data yang sama juga diperoleh di
wilayah lain seperti Surabaya di mana remaja perempuan lajang yang kegadisannya
sudah hilang mencapai 54 persen, di Medan 52 persen, Bandung 47 persen, dan
Yogyakarta 37 persen. Bahkan hasil survei Komisi Perlindungan Anak / KPA
terhadap 4.500 remaja mengungkap, 97 persen remaja pernah menonton atau
mengakses pornografi dan 93 persen pernah berciuman bibir. Survei yang
dilakukan di 12 kota besar belum lama ini, juga menunjukkan 62,7 persen
responden pernah berhubungan badan dan 21 % di antaranya telah melakukan
aborsi.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka rumusan
masalah penelitian yang berjudul “gambaran
pengetahuan sikap dan tindakan remaja tentang seks bebas”
C. Tujuan
a.
Tujuan umum
Mengetahui gambaran pengetahuan sikap dan tindakan seks
bebas remaja
b.
Tujuan khusus
a.
Mengetahui gambaran seks bebas
b. Mengetahui sikap dan tindakan seks
bebas
c.
Mengetahui bahaya seks bebas di
kalangan remaja
d. Mengetahui akibat perilaku seks
bebas
No comments:
Post a Comment